Keberanian (bagian III)

Eagle flies alone. Inilah kalimat yang sering kali ditulis almarhum guru besar politik UGM di akhir setiap tulisannya. Agaknya dia terinspirasi dari kurenah elang yang selalu terbang sendirian. Kendati begitu, elang tetap semangat. Tetap kuat. Setiap berencana menangkap mangsanya, ia tak pernah gagal. Kalau terbang melayang dari angkas dan menukik ke bawah ingin menangkap tikus misalnya, ia terlihat indah dan elegan. Begitulah profil elang. Maka kita segera paham, dengan menulis kalimat di atas, almarhum ingin menunjukkan, dia berani menghadapi dunia sendirian. Dia tidak tergantung pada kelompok. Dia tetap eksis menempuh kehidupan profesionalnya. Dia menegakkan harga dirinya sendirian. Pada titik inilah kita menyebutnya berani. Apakah dia tidak butuh pertolongan? Tentu saja butuh! Bukankah dia manusia juga? Namun, dia tidak pernah minta pertolongan kepada manusia. Dia hanya minta pertolongan kepadapada Allah. Dia mematuhi firman Allah: Hanya kepada Allah kami menyembah dan kepada Allah pula kami minta pertolongan(QS. Al Fatihah: 5) (habis).

(12/12/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *