Visi Hidupku

Visi Hidupku, Panduan, dan Pertahanan Hidupku

Inilah Visi Hidupku

Penjelasan skema di atas bisa disimak melalui uraian berikut:

VISI-ku (Gambaran ideal yang hendak kucapai) adalah: HIDUP UNTUK ALLAH. Dasarnya, pertama, Al-Qur’an, Surah Al An’am, Ayat 162,

“Katakanlah: sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Kedua, Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud: “Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda, ‘Aku hadapkan wajahku ke Zat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk yang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadah, hidup dan matiku, hanya semata-mata untuk Tuhan semesta alam.”

Sebagai konsekuensinya, aku harus berusaha untuk: (i) melakukan pekerjaan hanya untuk Allah, (ii) mengorientasikan muara dari semua proses yang kutempuh untuk Allah semata, (iii) selalu mengingat Allah, dan  (iv)  melaporkan  semua keberhasilan dan kegagalanku hanya kepada Allah, bukan kepada manusia.

Untuk mewujudkan idealisasi tersebut, aku menjalankan tiga MISI (kegiatan yang akan  dilaksanakan), yakni:

(I) MENGUTAMAKAN ALLAH. Adapun yang menjadi dasarnya adalah, pertama, Al-Qur’an, Surah Adz Dzariyat, Ayat 56,

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

Kedua, Al-Qur’an, Surah An Nisa, Ayat 36,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang  tua (ibu dan bapak), karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.”

Ketiga, Hadis Nabi saw yang diriwayatkan Tirmidzi dan Ahmad bin Hambal:

“Abdullah bin ‘Abbas ra menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi saw. Beliau bersabda:. “Nak, aku akan ajarkan kepadamu berapa untaian kalimat; jagalaah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, minta kepada Allah. Dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahulilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang akan membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Sebagai konsekuensinya, aku harus berupaya untuk: (i) melayani hak Allah, (ii) melakukan amal saleh, (iii) menjaga Allah, (iv) menjaga akhlak dengan Allah, (v) memenuhi kewajiban sebagai hamba, (vi) bermain di dua hukum Allah, wajib dan sunah, (vii) melibatkan Allah dalam segala kegiatanku, dan (viii) mengucapkan Bismillahirahmanirrahim sebelum mengerjakan sebuah pekerjaan.

(II) MENGHARGAI MANUSIA. Yang menjadi dasarnya, pertama, Al-Qur’an, Surah Al Hujurat, Ayat 10,

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Kedua, Al-Qur’an, Surah Al Hujurat, Ayat 11,

Hai orang-orang yang  beriman,  janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Ketiga, Al- Qur’an, Surah Al Hujurat, Ayat 12,

”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah mempergunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Kamu tiada menyukai. Dan patuhlah kepada Allah; sesungguhnya Allah itu Penerima Tobat dan Penyayang.”

Keempat, Al-Qur’an, Surah Al Hujurat, Ayat 13,

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling  taqwa  diantara  kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sebagai konsekuensinya, aku harus mengupayakan: (i) memakmurkan keluarga, (ii) memelihara keluarga dari api neraka, (iii) menjaga akhlak dengan manusia, (iv) menyambung silaturahim, (v) berbuat baik pada manusia, dan (vi) bermanfaat bagi orang lain.

(III) MEMELIHARA BUMI. Dasarnya antara lain, pertama, Al-Qur’an, Surah Al Qashash, Ayat 77,

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “

Kedua, Al-Qur’an, Surah Al Maidah, Ayat 64,

Dan mereka berusaha menimbulkan kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Ketiga, Al-Qur’an, Surah Al Hijir, Ayat 19-20,

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya”.

Sebagai konsekuensinya aku harus berusaha keras untuk: (i) tidak merusak lingkungan, (ii) melibatkan diri dalam pelestarian lingkungan hidup, (iii) memberikan kontribusi pada peningkatan kesadaran lingkungan hidup masyarakat, dan (iv) tidak memboroskan energi.

Sampai di sini, mungki timbul pertanyaan, mengapa dasar visi dan misi di atas adalah Al- Qur’an dan Alhadis? Jawabanku tegas. Karena Allah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad, agar manusia tidak susah. Ini bisa dibaca dalam Al-Qur’an, Surah At Thaha, Ayat 2,

“Kami tidak menurunkan Al-Qur’an agar kamu susah”. Sedangkan hadis Nabi saw kupakai sebagai dasar karena kedudukannya sebagai sumber atau dalil kedua setelah Al- Qur’an. Ia mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat semua umat Islam.

Semua penjelasan di atas bermuara pada satu kesimpulan: aku harus bekerja keras untuk mencapai visi di atas? Apakah aku sudah siap? Aku siap! Aku sama sekali tidak keberatan bekerja keras. Soalnya, aku sadar betul bahwa bekerja keras merupakan kewajibanku di dunia. Bekerja keras itu baru akan selesai saat ajal menjelang tiba.  Untuk itu, Allah sudah menyiapkan bantuan, seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an, Surah Al Mulk, Ayat 15,

“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki- Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”

Setelah itu, Allah juga menyiapkan ganjaran buatku, seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an, Surah At Taubah, Ayat 105,

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang- orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yangnyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Bukan hanya itu. Di dalam Surah Al Zalzalah, Ayat 1-8, Allah berfirman,

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya   Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”

Untuk alasan itu, aku tak pernah keberatan bekerja keras. Kerja keras yang paling menonjol tentu  saja  dalam memakmurkan keluarga. Aku melakukannya lewat 3MJ (Mengajar Jurnalisme, Menelaah Jurnalisme dan Mempraktikkan Jurnal- isme). Lewat mengajar jurnalisme, aku membagi ilmu kepada mahasiswa. Kalau kelak ilmu tersebut dipakai, aku sudah disebut berbuat baik kepada mahasiswa.

Melalui menelaah jurnalisme, aku men- yumbangkan ide buat perbaikan jurnalisme di Indonesia. Aku juga berkontribusi terhadap pengembangan jurnalisme di Indonesia. Kalau gagasanku diterima dan dipraktikkan, aku juga berbuat baik kepada manusia. Lewat mempraktikkan jurnalisme, terutama menulis biografi, aku menghadirkan inspirasi tentang bagaimana menggapai sukses. Kalau inspirasi ini ditangkap oleh pembaca, aku bermanfaat pula buat orang lain.

Dari ketiga kegiatan di atas, aku memperoleh uang. Uang inilah yang kupakai untuk memakmurkan keluargaku. Apakah jumlahnya memadai? Kenyataan selama ini menunjukkan, aku bisa hidup sederhana dengan satu istri dan enam anak. Jadi, aku sama sekali tidak khawatir terhadap penghasilanku.

Bukan hanya itu. Dari ketiga kegiatan tersebut, aku juga bisa meniti karir sebagai dosen. Aku bisa naik pangkat secara reguler. Maka melaksanakan 3MJ bermanfaat tripel buatku: memperoleh uang, berbuat baik kepada kepada manusia dan membina karir.

Itulah visi hidupku. Memang visi ini baru kuformulasikan pada 19 September 2020, bertepatan dengan peringatan setahun usia anak bungsuku, Aileen Arshya Abrar. Namun, kesadaran untuk menjalankan visi itu sudah terbentuk sejak tahun 1998, setelah aku membaca buku Komaruddin Hidayat (1998: 81) berjudul Tragedi Raja Midas: Moralitas  Agama  dan  Krisis Modernisme. Di dalam buku tersebut, Komaruddin menulis antara lain:

“Tuhan telah menyediakan berbagai fasilitas, tinggal bagaimana usaha
manusia memanfaatkannya. Dengan kata lain, manusia dalam pandangan Islam tidak memiliki hak secara absolut, melainkan hanya berupa pinjaman atau “lisensi” dari Tuhan sehingga karenanya manusia harus bertanggungjawab atas amanat dan pinjaman yang diberikan. Tanggung jawab ini diarahkan kepada tiga jalur, yaitu pada Tuhan, pada sesama manusia, dan pada alam yang dihuninya. Kepada Tuhan kita wajib bersyukur atas segala anugerah-Nya, kepada alam kita harus menjaga keharmonisannya, dan kepada sesama manusia kita tidak boleh seenaknya merampas hak orang. Ketiga perintah ini jelas sekali ditekankan oleh Al- Qur’an .”

Bertolak dari kutipan inilah aku menyusun visi hidup di atas. Aku mencoba mencari firman Allah Swt dan hadis Rasulullah saw yang memerintahkan manusia menjalankan ketiga perintah di atas.

Alhamdulillah, aku menemukannya. Maka, kujadikan ia sebagai dasar untuk membuat visi hidupku. Setelah visi ini terumuskan, tidak ada jalan lain yang harus kulakukan selain melaksanakan secara  konsekuen  dan istiqamah.

Apapun hasil yang kuperoleh dari implementasi visi tersebut, aku ridha. Aku menerimanya dengan senang hati. Aku sama sekali tidak akan mengeluh. Sebaliknya, aku rileks dan tenang saja. Semuanya itu terjadi karena kehendak Allah. Malu rasanya kalau aku protes kepada Allah. Bukankah aku hanya hidup untuk Allah?

Dari implementasi visi di atas, aku yakin tidak akan terkenal di dunia. Hanya sedikit orang yang akan mengenalku di dunia yang fana ini. Aku sama sekali tidak sedih. Di sisi lain, aku yakin selebriti di langit akan mengenalku. Maka aku berharap mereka kelak menyambutku dengan senang hati dan dengan tangan terbuka.