Masa Lalu Ana Nadhya Abrar

Ana Nadhya Abrar lahir di Bukittinggi, 20 Februari 1959. Dia mulai mengenal jurnalisme awal tahun 1982, saat mengikuti Kursus Jurnalistik Tingkat Dasar yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bukittinggi. Ketika itu, dia masih menjadi guru B. Inggris di SMA 1 Bukittinggi. Karena merasa sudah menemukan jadi dirinya—ingin belajar jurnalisme—dia memutuskan berhenti menjadi guru SMA 1 Bukittinggi. Kemudian dia mulai berkuliah di Jurusan Publisistik UGM pada Agustus 1982. Tahun 1994 dia memperoleh gelar M.E.S. dalam jurnalisme lingkungan Hidup dari York University, Toronto, Kanada. Enam belas tahun kemudian, persisnya tahun 2010, dia memperoleh gelar Ph.D dalam jurnalisme dari University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Pada 10 Maret 2022, dia dikukuhkan sebagai profesor jurnalisme di Universitas Gadjah Mada.

Pengalaman praktik jurnalisme Abrar, sudah dimulai tahun 1983, sewaktu dia menjadi reporter Tabloid Politik Eksponen. Kemudian dia menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Mahasiswa Fisipol UGM Sintesa, tahun 1984. Pada tahun yang sama dia juga menjadi Ketua Dewan Redaksi Majalah Mahasiswa UGM Balairung. Dia malah pernah melamar menjadi wartawan di harian Jawa Pos pada Maret 1988. Setelah melalui penyaringan tiga tahap, dia dinyatakan lulus dan berhak mengikuti pendidikan untuk menjadi wartawan Jawa Pos. Namun, kesempatan itu tidak dimanfaatkannya. Ibunya lebih suka dia menjadi dosen daripada menjadi wartawan. Dia mematuhi saran ibunya. Lalu, sejak Maret 1988 dia menjadi dosen di almamaternya, Jurusan Ilmu Komunikasi UGM.

Namun, kerinduan Abrar untuk mempraktikkan jurnalisme terpuaskan juga dengan jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Berita Kagama (1990–1997) dan Pemimpin Redaksi Kabar UGM (2002–2009). Memang tingkat kesulitan menjadi pemimpin redaksi di kedua media internal ini tidak setinggi kesulitan menjadi pemimpin redaksi media pers umum. Namun, tetap saja dia harus merealisasikan segala pengetahuan dan pengalamannya di bidang jurnalisme.

Sekalipun sudah memegang gelar Ph.D dalam jurnalisme, Abrar tetap mempraktikkan jurnalisme. Namun, kini dia mempraktikkannya dalam penulisan biografi dan profil lembaga. Tegasnya, dia menggunakan teknis jurnalisme dalam menulis biografi dan profil lembaga. Hasilnya? Sejak tahun 2010 hingga pidato pengukuhan ini dibacakan, dia telah menulis 5 biografi, 1 obituari, 3 profil lembaga, 1 mozaik profil, dan 1 otobiografi. 

Selain memiliki pengalaman dalam praktik jurnalisme, Abrar juga punya pengalaman di bidang administrasi di UGM. Dia pernah menjadi: (i) Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM (April 1999–Maret 2003), (ii) Kepala Unit Humas dan Keprotokolan UGM (November 2002–Mei 2003), dan (iii) Direktur Gadjah Mada University Press (Desember 2003–Februari 2006).

Abrar merasa puas dan ridho kepada Allah atas semua rezeki yang dia terima, terutama enam orang putra-putrinya: Zafira Ayusti Abrar, Ansari Ahmad Abrar, Ahnaf Azmi Abrar, Alif Azra Abrar, Azalia Izzati Abrar, dan Aileen Arshya Abrar. Dengan keenam putra-putri dan istrinya, Ariska Setyawati, dia kini tinggal dengan tenang di Perum Fisipol UGM A7, Rejodani, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Sejak 13 Januari 2015 Abrar mulai menyenangi keluyuran danau di Indonesia. Sampai saat ini, dia sudah mengunjungi 14 danau, yakni Danau Toba (Provinsi Sumatra Utara), Danau Maninjau, Danau Singkarak, Danau Diateh, Danau Dibawah, Danau Talang (Provinsi Sumatra Barat), Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh (Provinsi Jambi), Danau Laut Tawar (Provinsi Aceh), Danau Sentani, Danau Paniai, Danau Love (Provinsi Papua), Danau Anggi Gida,  Danau Anggi Giji (Provinsi Papua Barat). Gagasannya keluyuran danau berorientasi tadabbur alam. Dia bertekad ingin mengunjungi 33 danau di seantero Indonesia sebelum wafat kelak.

Sejak 1983 hingga sekarang, Abrar menulis 318 artikel dan 40 kolom tentang media massa, jurnalisme, cerita perjalanan, dan dunia virtual di beberapa surat kabar dan majalah Indonesia serta dalam majalah Jepang meliputi:  Kedaulatan Rakyat, Bernas, Radar Yogya, Yogya Post (Yogyakarta); Jawa Pos, Surabaya Post (Surabaya); Suara Merdeka (Semarang); Kompas, Jayakarta, Pelita, Gatra, Matra, Gamma, Tarbawi, Kompas.com, Koran Tempo, The Conversation Indonesia (Jakarta); Solopos (Solo); Haluan (Padang); dan News Network Asia (Tokyo). Tulisan terakhirnya yang disiarkan media pers berjudul “Seolah-Olah Jurnalisme: Bagaimana Resepsi Kekuasaan Memaksa Pers Papua Jadi Corong Negara”, disiarkan oleh The Conversation Indonesia, 5 November 2020.

Berbekal menulis artikel dan kolom itu, Abrar mulai menulis book chapter. Dia sudah menulis empat book chapter. Book chapter terakhirnya berjudul “Meniti Idealisme Wartawan: Kegamangan yang Tak Pernah Selesai” dalam buku Idealisme Jurnalis & Inovasi Model Bisnis Industri Media, yang terbit Februari 2022.

Dari sini, Abrar mengembangkan dirinya untuk menulis dan menyunting buku. Dia sudah menulis 38 judul buku dan menyunting 11 judul buku sejak 1992. Buku terakhirnya berjudul Susila Wartawan Muslim, diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press pada 2021.

Selain menulis dan menyunting buku, Abrar juga menulis hasil telahaannya tentang jurnalisme di jurnal internasional bereputasi, seperti Pacific Journalism Review (tiga artikel) dan Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication (satu artikel). Hasilnya, dia sudah memiliki Scopus ID, yakni 57209968848.

Posisi Abrar sebagai dosen semakin menemukan bentuknya setelah dia menjadi dosen tamu (visiting professor) di Graduate School of International Development, Nagoya University, Nagoya, Jepang pada 1 April hingga 30 September 1996. Tahun 2015, dia menjadi pembimbing disertasi mahasiswa di Program Doktor Ilmu Sosial Universitas Cenderawasih, Jayapura. Dua tahun kemudian, tepatnya awal 2017, dia menjadi external examiner disertasi mahasiswa di Fakulti Komunikasi dan Kajian Media Universiti Teknologi Mara, Shah Alam, Malaysia.

Sebagai seorang ilmuwan jurnalisme, Abrar ternyata meninggalkan jejak yang cukup dalam di kalangan pembaca bukunya. Lihatlah, Fahmy Hilmy Abdillah menelaah novelnya yang berjudul Paradoks dan menulisnya menjadi sebuah skripsi di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Skripsi berjudul “Analisis Psikologi Sosial dalam Novel Paradoks Karya Ana Nadhya Abrar” tersebut berhasil memenuhi pertanggungjawaban metodologis di depan tim penguji skripsi pada 17 April 2018.

Kecuali itu, Alifiana Ariani Nisa menulis skripsi di Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Brawijaya, Malang, berjudul “Jurnalisme dan Media Indonesia di Mata Ana Nadhya Abrar (Studi Eksploratif pada Pemikiran Ana Nadhya Abrar terkait Jurnalisme dan Media di Indonesia)”. Skripsi tersebut dinyatakan lulus pada 10 Desember 2018. Ini menunjukkan, pikiran Abrar tentang jurnalisme dan media Indonesia pantas ditulis menjadi sebuah skripsi.