Kebahagiaan (bagian I)

Setidaknya terdapat tiga dimensi tentang kebahagiaan. Yakni dimensi agama, psikologis, dan pengalaman. Dimensi agama Islam menyebutkan, kebahagiaan datang setelah kesulitan berlalu. Allah berfirman: Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (GQ. Al Insyirah: 5). Kebahagiaan tidak datang tanpa kesulitan. Ia melahirkan optimisme. Pada Ayat 7, surah yang sama, Allah melajutkan firmannya: Karena itu, kalau engkau punya waktu, bekerja keraslah. Dimensi psikologis menunjukkan, kebahagiaan hanya dicari dalam diri manusia. Ia tidak berada pada material di luar seperti uang dan kesenangan sensual. Dimensi pengalaman memperlihatkan, sumber kebahagiaan sangat beragam. Ia tidak hanya dimonopoli oleh harta, tahta dan wanita. Lalu mengapa orang mencari kebahagiaan di luar dirinya? Karena mereka yakin  kesenangan bisa mewujudkan kebahagiaan. Kenyataannya tidak. Kesenangan berada  di luar diri manusia. Sedangkan kebahagiaan itu bersumber di dalam kalbu. Wajar kalau manusia yang tidak bahagia dalam hatinya akan selalu merasa gelisah, bingung, galau dan melarikan diri ke praktik-praktik kehidupan yang tidak sehat (bersambung).

(07/12/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *