Anak-anak SD berwisata stiap akhir semester. Para remaja kemping di luar kota pada akhir pekan. Orang dewasa berpiknik ke luar negeri pada saat liburan kerja. Semuanya bersenang-senang. Mereka seolah-olah memiliki semboyan: nikmatilah hidup ini. Gambaran semacam ini membuat kita senang. Ternyata manusia Indonesia telah menjadi manusia modern. Namun, perlukah bepergian itu dipamerkan? Masih banyak lho manusia Indonesia yang tidak sempat bepergian. Mereka bisa nelangsa melihat orang yang sering bepergian. Akibat lanjutannya, lahirlah jurang pemisah antara yang bisa bepergian dengan yang tidak. Maka ganti saja sikap pamer itu dengan tadabur alam, menikmatinya sembari tafakur tentang kebesaran Allah. Menghayati lingkungan sekitar seraya bersyukur kepada Allah sudah berkesempatan menyaksikannya. Yang terakhir ini penting, sebagaimana firman Allah: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7) (habis).
(03/12/2022)