Bepergian (bagian II)

Setiap hari tak terhitung jumlah orang yang bepergian. Mereka terus bergerak mencari kepuasan. Konflik, pertikaian dan perang tak pernah dianggap sebagai hambatan serius. Namun, mereka mengalami kelelahan juga. Lucunya, kelelahan tidak membuat mereka kehilangan gairah bepergian. Setelah istirahat secukupnya,  mereka bepergian lagi. Mereka seakan-akan menginternalisasikan petuah Imam Syafi’i ini: Sesungguhnya aku melihat air yang tergenang lama-kelamaan rusak. Jika air tersebut mengalir maka air tetap jernih, dan jika terhenti maka tidak jernih. Mereka pun terbiasa bepergian. Bepergian tidak hanya dilakukan oleh badan. Ia bisa juga dilakukan oleh pikiran. Pikiran usang pergi, pikiran baru datang. Maka jangan pertahankan pikiran usang. Segera ganti dengan pikiran baru. Ikuti dengan doa yang diajarkan Rasulullah saw: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari akhlak, amal, dan hawa nafsu yang jelek. Kita siapkan  mengobarkan api semangat membuang pikiran usang. Begitu ada buku edisi kedua, segera kita lupakan edisi pertamanya. Kita sambut kedatangan pikiran baru teriring harapan bisa membentuk masa depan bersama yang lebih baik (bersambung).

(02/12/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *