Belajar (bagian I)

Kita boleh miskin harta, tapi jangan miskin pengetahuan. Prinsip ini sering kali kita dengar. Bahkan kita sampaikan juga kepada ana-ponakan kita. Lalu, siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap perolehan pengetahuan anak? Orang tuanya, tentu saja. Rasulullah saw bersabda: Sebagian dari kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarkan menulis, mendidik, memberi nama yang baik dan menikahkannya apabila sudah baligh. (HR. Ibnu Hibban). Maka orang tua menyekolahkan anaknya. Anak belajar di sekolah.  Namun, mereka bisa juga belajar di perpustakaan, lewat internet, dan dari kehidupan sehari-hari. Dari belajarlah mereka memperoleh pengetahuan. Pengetahuan adalah kekuatan. Ia bisa menjadi sumber daya untuk menciptakan kemajuan hidup. Ia bisa bisa pula menjadi panduan untuk mengembangkan potensi diri. Kelak anak malah menggunakannya untuk bekerja, mengolah berbagai sumber daya. Kalau pada satu saat mereka tidak mampu, hendaklah mereka memandangnya sebagai masalah sementara. Masalah itu akan segera selesai setelah belajar lagi. Belajar lantas bisa menjadi investasi untuk mencapai hasil yang spektakluer (bersambung).

(28/11/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *