Waktu (bagian II)

Tenggat waktu (deadline) bagi sebagian orang dianggap tidak menyenangkan. Mereka merasa dibatasi dalam bekerja. Namun, ia sangat diperlukan dalam pekerjaan kolektif. Kalau satu kerja dari rantaian sebuah kerja sama telat rampung, semesta kerja sama akan terganggu. Relasi antar manusia dalam semesta kerja sama bisa rusak.  Sebaliknya, kalau seseorang bisa menepati tenggat waktu, dia akan dinilai mampu. Bukan mustahil pekerjaan baru sudah menanti. Dalam kaitan ini, Rasulullah saw bersabda: Ambillah dari pekerjaan-pekerjaan yang kamu sekalian mampu melaksanakannya, karena Allah tidak akan bosan sehingga kamu sendiri yang bosan, dan sesungguhnya pekerjaan yang paling disukai Allah adalah pekerjaan yang berkesinambungan meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi, tenggat waktu merupakan wujud tanggung jawab terhadap orang lain. Berbarengan dengan itu, ia merupakan wujud penghargaan terhadap diri sendiri (self reward). Manusia senang bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Kepuasan ini menjadi fondasi untuk menggapai kepuasan berikutnya, menggapai hasil sesuai rencana. Maka, bersahabatlah dengan tenggat waktu (bersambung).

(24/11/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *