Menghargai waktu sudah diajarkan sejak kita masih kecil. Contoh sederhana: tidak boleh telat masuk kelas. Tidak boleh telat makan. Memang tidak boleh telat ini dan itu mendidik kita berdisiplin. Namun, ia membantu kita menghargai masa sekarang. Masa sekarang adalah realitas. Ia berhubungan dengan masa lalu dan masa datang. Peristiwa yang terjadi sekarang tidak pernah berdiri sendiri. Ia memiliki kaitan dengan masa lalu dan akan memproses masa depan. Maka kita diharapkan bisa menangkap kewajiban atas waktu. Setidaknya terdapat dua kewajiban penting. Pertama, tidak membiarkan waktu kosong. Soal ini Rasulullah saw bersabda: Dua nikmat Allah yang tertipu olehnya kebanyakan manusia; nikmat sehat dan nikmat waktu luang (HR. Bukhari dan Ibnu Abbas). Ini menunjukkan, ketika sepi dari kesibukan dunia, kita kerjakan urusan akhirat. Kedua, merenung untuk memperoleh kesadaran tentang kebaikan orang di masa lalu. Hasilnya, misalnya, ternyata ayah, kakek dan buyut kita dulu sudah merintis dan berdoa untuk kesuksesan kita. Kalau memang begini, tentu kita harus menghargai para orang-orang tua dulu (bersambung).
(23/11/2022)