Dalam masyarakat tradisional ada sebuah nilai agung menyangkut hubungan anak dan ayah. Nilai itu berbunyi: kalau seorang anak lebih unggul dari ayahnya, itulah nilai tertinggi buat anak. Itulah tanda kemajuan dalam keluarga. Maka seorang anak berusaha lebih baik dari ayahnya. Kalau dia gagal, nilai dia dan ayahnya jadi berkurang. Sebuah contoh, kalau ayahnya seorang insinyur, sementara anaknya hanya lulusan SMA, keluarganya akan merasa terhina. Sekarang masih ada yang mengamalkan nilai itu dan ada pula yang tidak. Lepas dari perdebatan tentang praktik itu, seorang ayah perlu mengeksplorasi kecerdasan anak, memilih yang dominan dan memfasilitasinya. Agar bisa mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri berdasarkan informasi dan pengetahuan yang diterimanya dari gurunya dan berbagai media. Kalau sudah begini, ayah sudah mewariskan kebaikan buat anaknya. Anak itu cerdas lho. Allah berfirman: Ingatlah ketika Tuhan berkata kepada malaikat-malaikat. Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah. Dan ketika dia telah kubentuk dengan sempurna dan Kutiupkan ke dalamnya ruh-Ku, hendaklah kamu tunduk dan merendah diri kepadanya. Lantas malaikat semuanya merendahkan diri (QS. Shad: 71-73). (habis).
(19/11/2022).