Warisan (bagian I)

Buku ini bertolak dari catatan Musfiroh, adik Lukman Hakim (Lukman), tentang ide, gagasan, dan renungan Moh. Saad (Pak Saad) yg terungkap menjelang kematiannya. Saat itu Pak Saad buta. Dia melewati hari-hari terakhirnya di kamar tidurnya. Namun, idenya mengalir baik air bah. Musfiroh mendokumentasikan semua ide tersebut. Lukman menyunting kumpulan ide dan gagasan itu menjadi sebuah buku. Suatu kerja sama yang baik antara Musfiroh dan Lukman demi berbuat baik kepada almarhum Pak Saad. Berbuat baik kepada orang tua, sekalipun sudah meninggal, memang perlu. Allah berfirman: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orangtuamu, hanya kepada-Ku tempat kembalimu (QS. Luqman: 14). Apakah Musfiroh dan Lukman penerus Pak Saad? Entahlah! Yang jelas mereka melihat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam buku ini. Mereka berpikir, nilai-nilai itu penting juga diwarisi kepada pembaca. Maka buku ini menjadi warisan Pak Saad buat pembacanya (bersambung).

(17/11/2022).

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *