Keluhan (bagian III)

Semua pemimpin ingin memajukan masyarakatnya. Mereka bercerita tentang aneka program yang bisa dikerjakan. Namun, tidak jarang mereka dianggap membingungkan masyarakat. Anehnya, yang mengeluh itu bukan masyarakat, tapi orang yang bisa menggantikan sang pemimpin. Dia menyebut masyarakat tidak bisa mengikuti ide sang pemimpin. Lalu siapa sebenarnya yang mengeluh? Sekali lagi, bukan masyarakat, tapi orang yang punya kapasitas untuk jadi pemimpin. Apakah masyarakat mengeluh menjadi kambing hitam? Tidak, ternyata. Mungkin mereka tak ingin cepat tua. Bukankah sebuah hasil penelitian di RRT menunjukkan, banyak warga di sana yang berusia di atas 90 salah satunya karena tidak suka mengeluh? Agaknya mereka mempraktikkan firman Allah: Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al Anfal: 61). Memang tidak semua calon pemimpin pada Pemilu 2024 benar-benar ingin membawa perdamaian. Namun, kita sangsi kepada mereka. Kita melakukannya dengan rendah hati dan bertata krama. Bagaimanapun kehadiran mereka tetap diperlukan. Paling tidak sebagai sumber informasi (habis).

(16/11/2022). 

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *