Keluhan (bagian II)

Mengeluh itu sifat bawaan manusia. Ini ditunjukkan oleh firman Allah: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (QS. Al Ma’arij: 19). Maka mengeluh merupakan sifat azali manusia. Namun, haruskah manusia menyerah pada yang azali itu? Tentu saja tidak. Manusia harus tetap melawannya. Kalau berhasil, tentu mereka akan mendapat kebaikan Allah dan simpati manusia. Persoalannya, dari mana asal keluhan? Dari kebodohan manusia. Kebodohan itu konon berasal dari sifat gelap mereka. Yakni sombong, dendam, dengki, kikir, bohong dan ujub. Ketika semua sifat ini bersimaharajelala dalam diri, kita mudah mengeluh. Ambil contoh, seorang individu pamer tentang keberhasilannya menerbitkan sebuah buku. Sayang, sedikit orang yang memberikan ucapan selamat. Dia mengeluh dan lantas berkata: kok tidak banyak yang memberi ucapan selamat. Bukankah tidak mudah menerbitkan sebuah buku? Tanpa sadar ia membuka peluang munculnya sifat sombong. Seolah-olah keberhasilan menerbitkan buku hanya karena kehebatannya sendiri. Padahal tanpa izin Allah, buku itu tidak akan pernah terbit (bersambung).

(15/11/2022).

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *