Sekarang muncul berbagai teknologi untuk simulasi dan komunikasi digital. Ada virtual reality, warp drive dan telepati elektronik. Dengan teknologi itu, manusia bisa melihat dan merasakan fakta. Namun, fakta tersebut bukan sesuatu yang empiris. Ia tidak punya fondasi, bahkan tidak riil. Mulanya teknologi simulasi itu bisa menjadi pintu keluar manusia dari kejenuhan. Namun, lama-kelamaan ia melahirkan kejenuhan juga. Soalnya, ketika manusia berinteraksi dengan dunia 3D, mereka mudah meluncur pada tindakan ekstrim. Ketika manusia menjelajah seluruh isi alam semesta dengan warp drive, mereka tidak pernah puas. Saat menggunakan telepati elektronik, sekalipun tanpa menggunakan mulut, telinga dan mata, tetap saja tidak memberi kedamaian di hati. Kejenuhan muncul lagi. Untuk keluar dari kejenuhan, Allah berfirman: Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra’d: 28). Ya, dengan mengingat Allah, kejenuhan bisa sirna. Secara praktis, kejenuhan muncul karena kehidupan yang tidak bercorak. Agar kehidupan bewarna, dibutuhkan kecakapan menghadapi hidup. Kecakapan itu bisa dibangun oleh berbagai literasi, mulai dari literasi lingkungan hidup, literasi numerasi, literasi digital, literasi keberagaman, literasi kearifan lokal hingga literasi finansial (bersambung).
(12/11/2022).