Tidak jarang media menjadi pemicu lahirnya perasaan ketinggalan. Tetapi, media tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Soalnya, dalam diri manusia terdapat dorongan untuk menggunakan dan menghindarkan media. Bagi yang menggunakan media, tentu dia mengharapkan kepuasan dari media. Bagi yang tidak ingin, tentu dia tidak mengharapkan kepuasan apa-apa. Tidak mudah memang untuk menjadi bagian dari kelompok yang terakhir ini. Soalnya, ada pengaruh faktor sosial yang memantik. Misalnya penggunaan media sosial. Hampir semua orang menggunakan media sosial. Kita tak ingin merasa ketinggalan. Sikap ini perlu diwaspadai. Ia bisa meluncur pada latah. Latah tidak berasal dari kebutuhan. Hanya ikut-ikutan. Kalau tidak ikut, galau. Dunia terasa tak indah lagi. Padahal Allah pernah berfirman: Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia (yang terdekat) dengan hiasan (berupa) bintang-bintang. (QS. As Saffat: 6). Maka diperlukan pemahaman tentang sikap hidup yang penuh. Misalnya mempertanyakan diri sendiri. Who we are? Dengan terus mempertanyakan dan merumuskan jawabannya, kita akan terus-menerus memformulaskan idenditas diri. Dengan identitas inilah kita bisa memutuskan perasaan ketinggalan mana yang harus ditinggalkan (habis).
(06/11/2022)