Buket Uang (bagian I)

Setiap saat kita tentu respek terhadap orang lain. Siapa pun dia. Seberapa besarkah respek itu? Tergantung dari seberapa besar kedekatan emosional kita dengan dia. Kapan kita menunjukkan respek itu? Setiap kali berjumpa. Setiap kali kita  mengungkapkan perasaan kita padanya. Bagaimana kalau kita tidak bisa mengucapkannya? Sampaikan lewat kartu ucapan. Atau sampaikan lewat buket bunga. Istilah populernya, Say it with flowers. Istilah ini berasal dari AS, sebuah slogan dalam kampanye hari ibu 1918. Seturut dengan perjalanan waktu, bisa-tidak bisa mengungkapkan perasaan jadi tak penting.  Buket bunga jadi trend. Ia tidak hanya dipakai pada peringatan hari ibu, juga pada momen kegembiraan lainnya. Mulai dari wisuda, pelantikan, hingga pengukuhan. Bergembira bersama merupakan anjuran Allah, sebagaimana firman-Nya: Katakanlah, dengan keutamaan Allah dan dengan rahmat-Nya, maka dengan itu semua hendaknya mereka merasa bergembira. Hal itu lebih baik daripada apa yang mereka (orang-orang kafir) kumpulkan. (QS. Yunus : 58). Namun, sekarang buket bunga sudah berganti dengan buket uang (Bersambung).

(02/11/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *