Beutong Ateuh (bagian I)

Informasi tentang Beutong Ateuh yang sampai ke tangan penulis membuat gentar. Simaklah: untuk sampai ke sana, medannya bukan alang kepalang. Harimau atau kawanan gajah bisa tiba-tiba menghadang jalan setapak. Info lain: Tanggal 23 Juli 1999, di Beutong Ateuh, terjadi salah satu peristiwa paling mengerikan dan juga merupakan satu dari sekian banyak pembantaian selama operasi militer yang dilaksanakan di Aceh, yakni Peristiwa Beutong Ateuh atau juga dikenal sebagai Peristiwa Tengku Bantaqiah. Info yang lebih baru: Secara umum kalau sore sepi. Pelintas jalan minim. Kecuali kalau sudah masuk daerah Beutong Nagan Raya. Selama di gunung, sepi pemukimannya. Menyadari kenyataan ini muncul pertanyaan, perlukah perjalanan diteruskan ke Meulaboh dari Takengon via Beutong Ateuh? Soalnya penulis dkk berangkat sore hari. Pada titik ini kami berhitung. Menggunakan akal, membuat neraca untung rugi. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw: Kemuliaan seorang laki-laki pada agamanya, kehormatannya pada akalnya, dan kesempurnaannya pada akhlaknya (Quraish Shihab, 2019).

(20/10/2022) -bersambung

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *