Cemas

Sebuah berita di Detikcom, 03/10/2022-17.50:  Ketua PSSI Mochamad Iriawan atau Iwan Bule mendapat desakan mundur buntut tragedi Kanjuruhan. Iwan Bule tak ambil pusing. Dia mengaku tak mempermasalahkan adanya desakan tersebut. “Ooo… apa namanya, desakan ya, biar semua orang bisa bicara apa saja ya,” kata Iwan Bule lalu tersenyum saat ditanya di Mapolres Malang. Dia akan fokus dalam penanganan korban Tragedi Kanjuruhan. Apa respon kita? Cemas. Iwan melanggar etiket, tidak sopan. Dia senyum di tengah suasana duka. Iwan tidak etis. Dia tidak tidak peduli dengan desakan mundur. Tapi, dia masih bermoral. Dia menangani korban Tragedi Kanjuruhan. Kalau dia ingin disebut etis, usai menangani korban Tragedi Kanjuruhan, dia mundur sebagai Ketua Umum PSSI. Mungkinkah itu terjadi? Entahlah! Kita tidak tahu apa yang ada dalam hati Iwan. Kalau hatinya sakit, kita semakin cemas. Dia dalam bahaya. Simaklah firman Allah ini: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (QS. Al Baqarah: 10).

(04/10/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *