Berikut ini berita yang disiarkan detik.com, 2 Oktober 2022-9:24: Sebanyak 130 orang meninggal dunia dan 20 orang kritis. Siapa mereka? Penonton pertandingan bola Persebaya lawan Arema. Mengapa meninggal? Diawali oleh serbuan suporter Arema ke lapangan di Stadion Kanjuruhan. Polisi kewalahan dan melepaskan gas air mata ke lepangan dan tribun. Setelah itu korban berjatuhan: suporter panik, berlarian dan terinjak-injak. Mengapa polisi harus melepaskan gas air mata? Bukankah FIFA sudah melarangnya? Konon penonton sudah anarkhis, menyerang petugas dan merusak mobil. Kalau polisi punya sensitivitas terhadap nilai suporter, tentu mereka tidak akan melepaskan gas air mata kepada pentonton. Nilai suporter jauh lebih mahal ketimbang harga mobil dan fasilitas stadion yang dirusak. Suporter itu masih muda. Mereka punya potensi besar untuk berkembang. Bukan mustahil ada di antara mereka yang bisa jadi pemimpin bangsa ini. Kalaupun mereka melampiaskan kekesalannya karena kesebelasan idolanya kalah, mustahil mereka mengajak polisi perang. Islam membolehkan perang, tapi terhadap orang yang menganiaya, sebagaimana firman Allah: Telah diizinkan (berperang) bagi siapa yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu (QS. Al Hajj: 39).
(02/10/2022)