Papua

Otonomi khusus (Otsus) Papua telah gagal. Demikian judul buku Socratez Sofyan Yoman yang terbit pada 2012. Dalam buku itu, terdokumentasi ide: “kesejahteraan bukan akar masalah Papua, melainkan status politik dan sejarah integrasi”.  Sebelum itu, persisnya tahun 2006, muncul surat terbuka Amiruddin al Rahab kepada Gubernur Papua saat itu, Barnabas Suebu. “Selamatkan Otonomi Khusus Papua”. Rupanya harapan itu tak kunjung terwujud. Lihatlah pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD pada 23 September 2022: “Negara turunkan uang sampai Rp 1000,7 triliun melalui dana Otsus. Rakyatnya miskin sejak ada Undang-undang Otsus. Sejak zaman Lukas Enembe itu Rp 500 triliun lebih, rakyatnya tetap miskin”. Lalu, apa yang harus dilakukan pemerintah? Nico Gere muncul dengan sebuah buku Merawat Kedaulatan Indonesia di Papua pada 2015. Agaknya buku ini bisa menjadi rujukan bersama pihak-pihak yang bertikai di Papua. Soal mempersatukan hati mereka, hanya Allah yang bisa, sebagaimana firman-Nya: Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah dapat menyatukan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al Anfal: 63).

(26/09/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *