Taufiq

Pernahkah Anda membaca penggalan puisi berikut:

Kemudian berhanyutanlah nilai-nilai luhur luar biasa tingginya/Nilai keimanan, kejujuran, rasa malu, kerja keras, tenggang rasa, pengorbanan/Tanggung jawab, ketertiban, pengendalian diri/remuk berkeping-keping/Akhlak bangsa remuk berkeping-keping/Dari barat sampai ke timur/Berjajar dusta-dusta itulah kini Indonesia/Sogok menyogok menjadi satu/Itulah tanah air kita Indonesia.

Itulah bagian puisi berjudul “Kami Muak dan Bosan” karya Taufiq Ismail. Ia bukan hanya cetusan perasaan Taufiq, tapi juga mengandung ajakan untuk menegakkan kembali nilai-nilai luhur di atas. Agaknya kita perlu menyambut ajakan itu. Paling tidak agar tidak memperparah kondisi Indonesia. Kalau Anda punya solusi untuk keluar dari masalah, itu akan lebih baik lagi. Namun, sebelum melaksanakannya berdiamlah sejenak, minta bimbingan Allah, sebagaimana yang diperintahkan Allah: Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu. (QS. Al Qashash: 21). Soalnya, Anda berhadapan dengan jalan yang sangat terjal.

(11/09/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *