Sertifikat

Kami tidak bisa memberi souvenir yang bisa dijadikan kenangan. Bapak terima saja sertifikat ini, katanya sembari mengangsurkan sertifikat yang sudah berpigura itu. Saya menerimanya dengan senyum terbuka sembari mengucapkan terima kasih. Memang sertifikat itu secarik kertas. Tidak bisa diuangkan (kalau seripikat tanah bisa “disekolahkan” untuk memperoleh uang). Tapi, ia bukan kertas biasa. Ia disiapkan jauh hari secara serius. Sebagai hasil pemaknaan IAIN Madura terhadap diri saya. Pemaknaan itu terhubung dengan hasil pembelajaran dan pengalaman saya. Maka sertifikat itu merupakan bagian dari nilai dan keberhargaan diri saya. Namun, keberhargaan itu tidak datang berkat usaha saya sendiri saja. Ia muncul juga karena ridha Allah dan pertolongan manusia. Jangan heran kalau saya harus peduli terhadap sesama manusia. Ini merupakan perintah Allah: Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. (QS. Al Maidah: 2). Tolong-menolong ini merupakan bentuk konkret kepedulian.

(03/09/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *