A&A

Dari puncak bukit di pulau Padar ini, terlihat tiga pantai yang dikawal oleh bukit-bukit cadas. Di kejauhan menghampar  pula laut luas yang juga dikawal bukit. Aroma keindahan menyeruak ke relung hati yang menyaksikannya. Ke sinilah Ahnaf dan Alif (putra ketiga dan keempat saya) mampir, dalam perjalanan dari Labuan Lombok ke Labuan Bajo akhir April 2017. Lima tahun kemudian, mereka diminta oleh guru masing-masing menceritakan perjalanan ke sana. Mereka menuliskannya. Lucunya, yang mereka ceritakan adalah refleksi terhadap apa yang mereka saksikan. Mereka tidak hanya mendeskripiskan keindahan alam, tetapi juga mengajak pembaca untuk mengenal pencipta keindahan itu: Allah Swt. Mereka seolah-olah mempraktikkan firman Allah: Tidakkah kamu pikirkan bagaimana Allah meninggikan langit (QS. Al Ghasiyyah: 18). Saya bertanya, dari mana kalian dapat ide itu? Dari Ayah, jawab mereka serempak. Saya memang pernah memprovokasi mereka agar sering bepergian. Agar bisa berbagi cerita kepada orang lain dengan cara kalian sedniri. Untuk apa, kata Ahnaf? Agar kalian merasa berharga atas kehadiran di dunia ini, jawab saya.

(01/09/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *