Hamedi

Assalamualaikum,wr.wb Bapak Prof Abrar, saya mahu mencalonkan bapak sebagai external examiner tesis student Ph.D saya yang membuat penelitian berjudul “The Semiotic and Cognitivist Analysis of Three Indonesian Horror Movies”. Demikian chat Prof Hamedi yang saya terima pada 26/08/2022. Kalau pencalonan saya diterima University of Malaya (UM), Kuala Lumpur (KL), Malaysia, saya akan mendapat kebaikan dari Prof Hamedi: pengetahuan bertambah, dapat uang, dan bisa keluyuran ke KL. Kebaikan ini menambah kebaikan dia sebelumnya: menampung saya menginap di rumahnya ketika pertama datang di KL, membimbing saya menulis disertasi di UM dengan sepenuh hati, dan meminjamkan mobil barunya untuk pengurusan wisuda. Mengapa dia sangat baik hati? Satu jawaban yang pasti, hatinya bersih. Ini terkonfirmasi lewat firman Allah: Apabila dalam dirinya terdapat hati yang bersih, maka akan lahir di sana akhlak yang terpuji. Sebaliknya, bila dalam diri seseorang tersimpan hati yang kotor, maka akan lahir di sana akhlak yang bejat.” (QS. Al Hajj: 46).

(31/08/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *