Mengenang Tengku Amir Hamzah

Itulah sebait puisi yang tertulis pada batu nisan makam Tengku Amir Hamzah (TAH). Makam itu terletak di Kompleks Pemakaman Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Utara. Sejatinya, TAH merupakan bangsawan Kerajaan Langkat. Gelarnya Pangeran Indrapura Putra. Dia pernah menjadi Kepala Luhak Langkat Hilir dan Langkat Hulu. Namun, dia tidak sombong. Dia punya semangat nasionalisme yang tinggi. Dia mengikuti sumpah pemuda. Sekembalinya ke Langkat, dia berkeliling kota meneriakkan Indonesia sudah merdeka. Di samping itu, dia merupakan seorang penyair. Dalam posisi ini, TAH, kata Sutan Takdir Ali Sjahbana (1996) merupakan  penyair besar antara dua zaman. Karya monumentalnya berjudul Nyanyi Sunyi, yang terdiri atas 24 puisi. Maka sesungguhnya TAH merupakan orang besar. Pantas dia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 3 November 1975. Namun, kematiannya sangat mengerikan. Konon dia diculik dan dipenggal kepalanya. Ini menegaskan kebenaran firman Allah berikut:…..Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Luqman: 34).

(25/10/2022)

Author: Ana Nadhya Abrar

Gagal menjadi jurnalis profesional, tapi berhasil meraih jabatan profesor jurnalisme. Itulah peruntungan hidup Prof. Ana Nadhya Abrar, M.E.S., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai guru besar Jurnalisme di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 10 Maret 2022. Di samping mengajar jurnalisme, dia juga rajin menulis. Selain ratusan artikel dan kolom untuk media massa, dia juga telah menulis dan menyunting puluhan buku. Penulisan biografi adalah spesialisasinya sebagaimana tergambar dari pidato pengukuhannya sebagai guru besar dengan judul “Menarik Garis Batas Jurnalisme dalam Penulisan Biografi”. -Hasril Caniago

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *